Kota Madiun,Sinarpolitan.com – Ratusan wali murid Geruduk Kantor Cabang Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Madiun di teras pintu Bakorwil jalan Pahlawan Kota Madiun, Senin (04/07/2022).
Kedatangan mereka dengan maksud untuk mengadu lantaran putra dan putri mereka tidak masuk daftar di SMAN tujuan lewat jalur zonasi.
Meski masih ada peluang untuk mendaftar lewat jalur prestasi nilai akademik pada 4–5 Juli, mereka terlanjur pesimistis, terlebih dalam jalur zonasi, harapan untuk lolos sangat mustahil.
Sebab, dalam website setiap sekolah sudah tercantum daftar nama-nama calon peserta didik yang akan diterima. Mulai jarak terdekat hingga paling jauh.
“Sudah tidak ada harapan lagi. Putra saya mendaftar di SMAN 1 Madiun sebagai pilihan pertama, SMAN 2 Madiun pilihan kedua dan SMAN 5 Madiun sebagai pilihan ketiga. Tapi, tidak ada nama putra saya di tiga sekolah itu. Padahal, sudah mendaftar secepat mungkin pada Jumat 01 Juni 2022 lalu pukul 08.00, dan nggak ada yang diterima,’’ kata Bambang Dibyo warga Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Kartoharjo kepada awak media, Senin (04/07/2022).
Diketahui, jarak tempat tinggal dengan sekolah menjadi pengaduan utama jalur zonasi. Ini menjadi pemicu tidak lolosnya siswa di jalur zonasi. Namun, ukuran jarak antar sekolah berbeda-beda. Sangat bergantung jumlah penduduk di sekitar sekolah.
Sekolah di tengah kota, misalnya. Jarak terjauh yang diterima rata-rata maksimal 1 kilometer, lebih dari itu pasti tidak diterima, dan ada sekolah yang menerapkan jarak terjauh kurang dari 1 kilometer. Itu terlihat di SMAN 1 Madiun.
Di sana, jarak paling jauh yang diterima mencapai 916 meter. SMAN 2 Madiun bahkan 778 meter untuk jarak terjauh siswa yang diterima.
Kondisinya sama dengan SMAN 5 Madiun. Jarak terjauh 1.609 meter. Artinya, melihat tren jarak aman maksimal 1 kilometer. Lebih dari itu rawan terpental dari persaingan di sekolah tengah kota.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Kota Madiun Supardi menerangkan jika pihaknya akan membantu para calon siswa agar dapat sekolah, namun untuk teknisnya tidak digambarkan secara gamblang, dan menjanjikan seluruh putra-putri Kota Madiun bisa mendapatkan sekolah.
“Yang penting kan dapat sekolah dulu. Tentunya dengan memaksimalkan penerimaan siswa. Setidaknya satu rombel kan 36, kami akan penuhi dulu,” janjinya.
Ditanya terkait penambahan pagu, Supardi menjawab nanti akan ada teknis sendiri tanpa menerangkan bagaimana cara mereka membantu wali murid agar anaknya dapat sekolah di Kota Pendekar tersebut.
Muslih Riyadi DPP Lsm Prima Indonesia bersama LBH EDMUR 80 akan berpartisipasi dalam mengawal PPDB online dari Tingkat SDN.SMPN.SMAN.SMKN di wilayah Karesidenan Madiun .dan Terkait Rombel selama Masih masuk akal seharusnya pihak kepala sekolah Menambah Usulan ideal dari 36 ke 40 siswa tidak akan mempengaruhi BOS data Dapodik ,Ratusan wali murid gelisah akibat PPDB Online dan akan kita tindaklanjuti demi Kondusifitas Kota Pendekar dan Kampung Pesilat Indonesia tetap Aman dan Lancar .(Red/Tim Investigasi)