PENCAK SILAT
1) Makna Pencak Silat secara umum
Pencak Silat berasal dari dua kata, yaitu PENCAK dan SILAT.
PENCAK : Keahlian/ Permainan untuk mempertahankan diri dengan kepandaian Melangkah, Mengelak, Menangkap, Menangkis, Menjatuhkan, Mengunci, Mematahkan, Menendang dan Memukul. Atau gerak dasar beladiri dan terikat dengan peraturan.
SILAT berarti Kepandaian berkelahi dengan pola seni beladiri khas Indonesia. Atau gerak beladiri sempurna yang bersumber dari Kerohanian.
2) Makna Pencak Silat dalam Cempaka Putih
Pencak Silat mengandung pandangan hidup (falsafah), bila digali dan dihayati merupakan teladanan dari para leluhur kita yang di wariskan kepada kita.
PENCAK SILAT didalam Cempaka Putih mengandung makna :
PENCAK yaitu ngePENke kawiCAKsanan (mengutamakan, mengedepankan dan menerapkan Kebijaksanaan) artinya Warga PSCP hidup di dunia ini bisa dan mampu untuk mengutamakan dan menerapkan sikap bijaksana agar tercipta kebersamaan, kerukunan, kedamaian dengan siapa pun dan dimana pun.
SILAT yaitu Sinau Ilmu Laku Amanah Tuhan (belajar kegiatan kejalan perintah Tuhan). Jadi Pencak Silat bukan hanya ditujukan hanya untuk urusan dunia saja tapi juga ada tujuan bekal akhirat. Tujuan untuk bekal akhirat yang diajarkan tersirat dalam kata SILAT, sedangkan tujuan hidup bersama, guyup rukun, damai dan tentram yang diajarkan tersirat dalam kata PENCAK.
PENCAK SILAT dapat juga bermakna
PEN yaitu ngePENke yang artinya Bersungguh-sungguh.
CAK yaitu ngeCAKne yang berarti Mengamalkan.
SI yaitu iSI yang berarti Muatan atau Makna.
LAT yaitu iLAT ( lidah ) yang berarti Ucapan atau Tutur Kata.
Jadi PENCAK SILAT berarti ngepenke ngecake isining ilat, yang mempunyai makna bahwa kita hidup di dunia harus bersungguh-sungguh dalam mengamalkan semua ucapan yang telah terucap.
Disinilah Pencak Silat menitik beratkan pada Rasa Tanggung Jawab kita dalam berucap atau bertutur kata untuk selalu Berbuat.
Apabila kita sudah bisa mengamalkan arti Pencak Silat, maka kita layak di sebut sebagai PENDEKAR yang mempunyai filosofi ngePENke, SumenDe KARsaning Pangeran.
Seorang Pendekar haruslah selalu Ngepenke (sungguh-sungguh), Sumende (bersandar), Karsaning Pangeran (Kehendak Illahi).
Jadi seorang yang dikatakan sebagai pendekar bukanlah seorang yang hanya jago dalam olah kanuragan dan mempunyai sifat Adigang, Adigung, Adiguna. Namun seorang yang dikatakan sebagai pendekar ialah seorang yang mempunyai rasa tanggung jawab atas semua ucapan dan juga tindakannya didalam menjalani kehidupan atas kehendak Tuhan Yang Maha Esa.
CEMPAKA PUTIH
Cempaka Putih bermakna Cita-cita Luhur, artinya warga Cempaka Putih mempunyai Cita-cita yang tinggi dan terpuji, mempunyai tujuan hidup yang berguna bagi diri sendiri, orang tua, keluarga, agama, bangsa dan negara, serta bagi sesamanya.
Cempaka Putih juga merupakan simbol dari Keharuman, artinya warga Cempaka Putih harus lah menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berbudi pekerti luhur, berjiwa kesatria, bijaksana, tahan uji, dan bertanggung jawab.
Nama Latin Bunga Cempaka Putih adalah Michaelia Alba sp, orang jawa mengenalnya dengan kembang Kanthil, orang melayu menyebutnya Bungong Jeumpa dan sebutan berbeda lain sesuai dengan bahasa adat nusantara di daerah masing-masing lainnya, namun secara resmi ia disebut Bunga Cempaka Putih, yang pada tahun 1974 dijadikan lambang resmi perguruan Pencak Silat Cempaka Putih.
Para pendiri perguruan menggunakan Bunga Cempaka Putih ini karena memiliki beberapa alasan yang cukup kuat, karena warna putih melambangkan kesucian dan bunga cempaka putih selalu ada di setiap ritual budaya masyarakat nusantara, entah kematian, kelahiran, pernikahan, upacara adat pelantikan raja dan lain sebagainya.
Para pendiri Perguruan bagai menanam sebatang pohon cempaka putih yang dalam budaya kebatinan dan budaya adat manusia nusantara sebagai media penghubung dengan alam kawekas, alam batin, alam ghaib tan katon, juga alam para leluhur yang tetap di ingat oleh keturunanya, putih sendiri bermakna resik, bersih, clean, bagai menyatunya keadaan putih pada sinar matahari yang cahayanya di tangkap mata kita adalah gabungan dari berbagai warna pelangi, merah, hitam, jingga, kuning, hijau, biru, ungu. Orange, dan warna-warna lain, dan hasil dari paduan warna bermacam tadi menghasilkan warna tunggal yakni Putih.
Sangat mengagumkan kawicaksanan guru-guru besar juga guru-guru dari para guru-guru besar Pencak Silat Cempaka Putih, mengambil hikmah dari perlambang cempaka putih, perlambang dari pengejawantahan menungso kang sejati tan kasamaran marang kang sejatine sinembah, bermacam nafsu dalam jiwa, tetapi saat kita dapat kekang kontrol dan kendalikan, semua luluh, lebur menjadi inti suci manusia. Putih dan bersih, kedalaman makna tersirat dari bunga cempaka putih yang seakan akan mengingatkan kita pada sejatining manusia nusantara yang bermacam-macam suku agama bahasa ras keturunan namun tetap dapat menyatu dalam NKRI.
Lambang bunga Cempaka Putih, yang digunakan sebagai lambang utama perguruan Pencak Silat Cempaka Putih adalah simbol bagi tujuan agung dan mulia para kesatria pendekar yang mengemban amanat janji Panca Setia Perguruan.
Dengan menjalankan semangat Panca Setia inilah segenap Keluarga Besar Pencak Silat Cempaka Putih menempa olah jiwa dan olah kanuragan, hingga mencapai tataran yang kadang sulit untuk dinalar bagi kaum awam karena berkaitan langsung dengan betapa adiluhungnya makna yang tersirat dari sang lambang utama perguruan yakni Bunga Cempaka Putih.
PANCA SETIA
DALAM PANCA SETIA SENDIRI DISEBUTKAN AKAN KESETIAAN KESATRIA BERKERAH PUTIH PADA LIMA HAL UTAMA/ LIMA BAKTI/HORMAT/ LIMO PRAKORO UTOMO, YAKNI:
SETIA & TAQWA PADA TUHAN SESUAI DENGAN AGAMA DAN KEYAKINAN MASING-MASING. DIMANIFESTASIKAN DENGAN KALIMAT PERTAMA PANCA SETIA PERGURUAN PENCAK SILAT CEMPAKA PUTIH, YAITU :
1. “TAQWA KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA”
Yang berarti sanggup menjalankan semua perintah Nya dan menjauhi segala larangan Nya. Saling hormat menghormati antar penganut agama, sehingga tercipta hubungan kekeluargaan yang serasi dan selaras. Tidak memaksakan kehendak kepada penganut agama lain.
SETIA KEPADA KEDUA ORANG TUA KITA YAKNI KALIMAT KEDUA DARI PANCA SETIA, YAITU :
2. “SETIA KEPADA IBU BAPAK”
Yang berarti berbakti dan hormat, taat dan menurut kepada kedua orang tua. Mengangkat derajat, harkat dan martabat orang tua dan keluarga.
SETIA KEPADA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA, NASIONALISME DAN PATRIOTISME ANAK BANGSA PUTRA NUSANTARA PERTIWI TERCINTA INDONESIA KEPADA TANAH AIR YANG MENGUKIR ELEMEN DIRINYA SEBAGAI PUTRA/PUTRI BANGSA TERCANTUM DALAM KALIMAT KETIGA DARI PANCA SETIA, YAITU :
3. “SETIA KEPADA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA YANG BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945”
Yang berarti mengamalkan dan mengamankan serta melestarikan Pancasila dan UUD 1945. Sanggup membela Negara. Rela berkorban demi kepentingan masyarakat dan bangsa. Cinta pada tumpah darah yang merupakan tanah air dan bangsa. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa demi terwujudnya ketahanan nasional.
SETIA KEPADA PAGURON/PADEPOKAN/ORGANISASI/PERGURUAN YANG TELAH MENGGEMBLENG PARA PUTRA/PUTRI KESATRIA CEMPAKA PUTIH SEHINGGA MENJADI SOSOK YANG BERWIBAWA BERJIWA WIRO YUDO WICAKSONO, YAKNI PADA KALIMAT KEEMPAT DARI PANCA SETIA, YAITU:
4. ” SETIA KEPADA PERGURUAN PENCAK SILAT CEMPAKA PUTIH”
Yang berarti mengembangkan dan melestarikan Pencak silat cempaka Putih sebagai budaya nasional warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Menjunjung tinggi dan mengamalkan Kode Etik warga Pencak silat cempaka Putih. Menjaga nama baik Perguruan dan tidak melakukan perbuatan yang tercela yang merugikan Perguruan di mata masyarakat.
DAN SETIA KEPADA SESAMINING AGESANG/SESAMA MAHLUK HIDUP/MANUSIA DAN SEMUA ELEMEN KEHIDUPAN DI ATAS JAGAD RAYA YANG GUMELAR DI BEBRAYAN AGUNG INI, TERCANTUM SECARA SIMBOLIS DI KALIMAT KELIMA DARI PANCA SETIA PERGURUAN PENCAK SILAT CEMPAKA PUTIH, YAKNI:
5. “SETIA KEPADA SESAMA INSAN”
Yang berarti mengakui dan menjunjung tinggi persamaan derajat, harkat dan martabat sesama manusia. Saling hormat menghormati sesama manusia. Memiliki sikap tenggang rasa dan saling mencintai sesama manusia. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
Elemen yang tak terpisahkan dari kembang setaman, ataupun kembang boreh ataupun kembang telon yang bagi budaya nusantara memiliki makna ikatan supranatural yang menghubungkan alam awal, alam tengah dan alam akhir yang akhirnya menjadi 3 tahapan kependekaran di Perguruan Pencak Silat Cempaka Putih, yakni Tataran Warga awal (Purwa), tengah (Madya) dan Akhir (Wasana).
Dwija Wagiman sebagai founding Father dari martial art of Cempaka Putih berhak menyandang 4 gelar yakni, Dwija (guru kedua setelah eyang Mursid), Purwa, Madya, Wasana dimana beliau murid utama perguruan Mardi Anoraga Sakti didikan kanjeng Eyang Mursid.
Telah banyak sanak kadang sedulur-sedulur pendekar kesatria Cempaka Putih semua sama-sama mengetahui jati diri kita sebagai kesatria berkerah putih yang nyawiji manunggal pada sesanggeman/semboyan Wiro Yudo Wicaksono, berjuang dijalan Panca Setia, membela kaum lemah, menjaga NKRI tetap tegak seperti teladan eyang Mursid yang berjuang di revolusi fisik 45 memerdekakan negeri ini dari penjajahan kolonialisme barat yang telah membuat bangsa kita jatuh dalam kemiskinan dan kebodohan yang berkepanjangan.
Maka semua kesatria Cempaka Putih wajib memihak kaum lemah memerdekakan tanah air adalah tujuan utama trah kesatria Cempaka Putih yang jelas-jelas tertuju pada semboyan utama kita Wiro Yudo Wicaksono, karena suro diro jaya ningrat akan selalu lebur dening pangastuti, keangkaramurkaan di jagad raya akan luluh oleh jiwa bersih tanpa pamrih.
Kobarkan selalu semboyan ini, jangan mudah menyerah, jadikan ia sebagai pandangan hidup, jalan berjuang, juga jalan hidup dengan segala kesukaran dan juga tantangannya, tantangan yang mesti kita tundukkan dengan bekal dari perguruan kita, lamakah kita berjuang, juga apakah kita akan menang melawan musuh utama kita, yakni hawa nafsu kita sendiri dan hanya sang waktulah yang akan membuktikannya.
Lingkaran lambang Pencak silat cempaka Putih yang bulat dengan inti gambar dua orang pesilat sedang berlaga seakan mengingatkan kita, betapa pergulatan hawa nafsu kita tidak berhenti selama hayat masih di kandung badan, dengan semangat wiro yudo wicaksono maka suro sudiro jayaningrat akan linebur dening pangastuti. Tataran tertinggi seorang kesatria pendekar teraih manakala ia mampu mengalahkan musuh terkuatnya, apa itu? itu adalah HAWA NAFSU kita sendiri.
FALSAFAH NGALAH_NGALEH_NGAMUK/NGABEKTI
NGALAH
Ngalah dan ngaleh adalah tindakan seorang yang mampu mengendalikan dirinya, khususnya emosi.
Ngalah bukan berarti takut, bisa jadi dia adalah seorang pemberani dengan kemampuan yang hebat. Atau dia seorang pandai dengan pemahaman hidup yang baik. Akhirnya dia memilih NGALAH untuk menghindari pertikaian.
NGALEH
Tindakan ngalah, sering membuat si pembikin gara-gara semakin jengkel karena provokasinya gagal. Usahanya untuk memancing keributan selalu dihindari. Tapi hal itu tidak membuatnya sadar, tapi justru semakin bernafsu untuk bertikai.
Akan tetapi, orang yang diprovokasinya justru ngaleh, menghindari pertemuan, memilih menjauhi bila bertemu. Alasannya tetap sama, tidak mau ada keributan atau pertikaian, yang dikehendaki adalah hubungan yang baik dan harmonis sesama manusia.
Kalau ngalah sudah, ngaleh juga sudah. Ada dua reaksi yang dilakukan orang.
NGAMUK
Kepekso, wes ngalah iseh di ganggu, wes ngaleh, tetep di rusuhi. Yo kepekso kudu ngamuk. Opo wae kedadeane, opo wae pungkasane. Umpomo ajur mumur lebor tanpo dadi yo ora opo-opo, mergo sifat satrio ora wedi mati.
NGABEKTI
Iki sing angel dilakoni, sebab kudu duwe bunci sing akeh tur gedhe. Bunci ono ing lahir dan ono ing batin.
Sing di elingi, URUP kui sak dermo ngabekti mring Pengeran.
Ngabekti marang Pengeran kui ora mung awujud ritual, senajan ritual kui yo kudu dilakoni, sebab sak jroning ritual ono hakekat gawe bebrayan agung.
Apik marang sak podo-podo menungso kui yo prentahe Pengeran. Karo keluargo, karo tonggo lan karo sopo wae. Kabeh wes ono paugerane.
Karo sak podo-podo titah yo kudu iso tumindak sing becik. Karo alam sak kiwo tengen, marang wit-witan, karo kewan yo kudu ngerti carane ngopeni lan ngrumat.
Kabeh kui ngunu wujud menungso ngabekti marang Pengeran. Semboyane, MEMAYU HAYUNING BAWONO, njogo opo-opo sing becik kang ono ing ngalam dunyo.
Dadi, senajan wes ngalah tur yo wes ngaleh, wong kang duweni bebuden kang luhur, tetep ngabekti senajan dilarani.(Red/Adv)