Berita Desa Birokrasi Hoby NASIONAL

Puluhan Remaja Bacem Kunjungi Tegalsari dan Sewulan, Pertemuan Silsilah Tebuireng & Gontor

Madiun,Sinarpolitan.com – Puluhan Remaja Masjid dipimpin Ustadz dan santri Pondok Pesantren Manbaul’ulum desa bacem kecamatan kebonsari kabupaten madiun Provinsi Jawa timur Melaksanakan Berkah Ramadhan 1443 hijriyah dan Melatih Olah jiwa dan Rasa ,doa Untuk Membangun Karakter Mental , Spiritual lahir dan batin Malam Lailatul qodar Berdzikir dan bersholawat di Masjid Tegalsari dan Ziaroh Makam Waliyulloh..
Hanya Kepadamu Ya alloh Kita Menyembah dan Hanya Kepadamulah kami Minta Pertolongan dan Perlindungan Selamat dunia sampai Akherat.Aaamin

Dalam catatan sejarah Tegalsari tidak dapat dilepaskan dari sosok seseorang yang bernama Bagus Harun (Kyai Ageng Basyariyah), beliau adalah putra Kyai Ageng Prungkut Sumoroto Ponorogo dan teman seperjalanan Kyai Ageng Muhammad Besari pada masa penyerangan perompak Cina ke Keraton Solo.

Sekembalinya Bagus Harun dari Solo mengantarkan Sinuhun Kumbul disebut juga Sunan Kumbul dengan nama Asli Raden Mas Prabasuyasa dari Solo pasca penyerangan perompak cina beliau diberi Payung Kebesaran dari Lampit oleh Sinuhun sebagai tanda terimakasih telah membantu membebaskan Keraton solo dari para perompak. Kemudian R.M Bagus Harun ikut (nyuwita) lagi pada Kyai Ageng Muhammad Besari Tegalsari.

Lama-kelamaan Bagus Harun mempunyai keinginan menjadi orang yang berdiri sendiri lagi mempunyai tanah bukaan (Babadan) sendiri juga merdeka seperti Tegalsari. Pada suatu hari Bagus Harun menghadap Kyai Ageng Muhammad Besari dan menyampaikan keinginan hatinya : “Duhai Rama Penembahan, perkenankanlah kami menyampaikan keinginan kehadapan Rama Penembahan”. Kyai Ageng Muhammad Besari bertanya : “Iya ada apa Gus, coba haturkan !” , Bagus Harun menyampaikan, “Saya mempunyai keinginan mempunyai tanah babadan seperti Kyai, lagi pula merdeka.

Kiranya tanah mana yang dapat saya babad yang dapat saya turunkan kepada anak cucu?” . Kyai Ageng Tegalsari memberi petunjuk, “Harun, kalau engkau ingin babad tanah, carilah payungmu yang kau buang di grojogan Bang Peluwang dahulu itu, nanti kitari hutan, jangan berhenti sebelum ketemu”.Bagus Harun kemudian berpikir-pikir sejenak di dalam hati, pikirannya bingung, linglung dan tidak habis pikir., “Lha payung saya buang di dalam grojogan, jelas saya masih ingat betul, saya kok diperintah Kyai Ageng mencari di dalam hutan, apa ya masuk akal ?” demikian kata hati Bagus Harun.

Karena tiada tindakan atau reaksi apa-apa dari Bagus Harun, maka Kyai Ageng berkata, “Lho jangan termangu-mangu dan linglung Harun, Allah itu mempunyai Kekuasaan Yang Besar, Maha Besar ! Kalau engkau ingin segera memiliki tanah babadan, cepat-cepat carilah payungmu sepanjang hutan.

Setelah Bagus Harun mendengar kata-kata Kyai Ageng Tegalsari yang meyakinkan, tanpa menunggu apa-apa ia segera berangkat (pepatah jawa mengatakan “rindik asu digitik” kurang lebih artinya “anjing kalau kena pukul akan lari”) melaksanakan perintah Kyai Ageng Tegalsari. Setelah sampai di hutan, dimasukilah hutan sampai berhari-hari dan berbulan-bulan.

Setelah genap 1000 hari Bagus Harun berada di dalam hutan, ada suatu keanehan, Bagus Harus mencium bau-bauan yang harum dan dari tempat itu muncullah payung berdiri tegak tinggal kerangkanya saja.

Bagus Harun mendekati dan ternyata setelah diteliti benar-benar payung tersebut adalah miliknya, terbukti adanya tanda huruf “H” pada gagang payung. Tanda huruf “H” tersebut ia tulis sewaktu akan membuang payung tersebut ke dalam grojogan. Kerangka payung kemudian dibawa pulang dan dihaturkan kepada Kyai Ageng Tegalsari. Dan setelah menerima kerangka payung tersebut Kyai Ageng Tegalsari berkata, “Ya di tempat payung ini engkau keternukan, dirikanlah sebuah masjid. Dan tempat tersebut beri nama SEWULAN, sebab waktu mencari sampai ketemunya payung ini engkau
membutuhkan waktu 1000 / sewu (seribu) dina (hari)”.

Dalam Silsilah Pondok Tebuireng masih tersambung dengan R.M. Bagus Harun Sewulan dan Tegalsari. Dari silsilah R.M. Bagus Harun – Nyi Muh. Santri – Kyai Maklum Uloma – Kyai Mustarom – Nyi Muh. Ilyas (Tegalsari), dan Silsilah Tebuireng dari R.M. Bagus Harun bertemu dengan Tegalsari pada generasi ke 5 Sewulan (Nyi Muh. Ilyas) dengan generasi ke 2 (Kyai Muh. Ilyas).

Nyai Hasyim Asy’ari (Istri Kyai Hasyim Asy’ari) adalah putri dari pasangan Kyai Muh. Ilyas & Nyai Muh Ilyas dari Tegalsari, disinilah pertemuan silsilah Sewulan dan Tegalsari yang kemudian tersambung ke Pesantren Tebuireng. Dari Kyai Hasyim Asy’ari kemudian memiliki Putra Kyai Wachid Hasyim – Kyai Abdurahman Wahid yang lebih akrab dengan sapaan Gus Dur.

Sementara silsilah Tebuireng merupakan Generasi ke 6 (Kyai Hasyim Asy’ari) dari garis keturunan R.M. Bagus Harun Sewulan.
TRIMURTI pendiri Gontor sendiri dihitung dari Silsilah Kyai Cholifah Tegalsari jatuh pada generasi ke 5, dirunut mulai dari Kyai Cholifah – Nyi Sulaiman Jamal – Kyai Archam Anom Besari – Kyai Santoso Anom Besari – Trimurti (Kyai Ahmad Sahal, Kyai Zainuddin Fannanie & Kyai Imam Zarkasyi).

Dalam silsilah Tegalsari Kyai Ageng Muhammad Besari memiliki 9 Putra:
1. Ny. Abdurrahinan
2. Kyai. Ya’kub
3. Kyai. Ismail
4. Ny. Buchori
5. Kyai lskak (Coper)
6. Kyai. Cholifah (Tegalsari)
7. Kyai. Muh. llyas
8. Ny. Banjarsari
9. Kyai Zainal Abidin (Raja Selangor Malaysia)

Jadi Silsilah Tebuireng dan Gontor bertemu pada putra ke 6 (Kyai Cholifah) dan putra ke 7 (Kyai Muh. Ilyas) Kyai Ageng Muhammad Besari Tegalsari Ponorogo.(Red/Adv)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *