Turki,Sinarpolitan.com-Erdogan percaya bahwa suku bunga itu adalah kejahatan. “ But Mr Erdogan sees interest rates as “an evil that make the rich richer and the poor poorer”. Katanya. Sepertinya dia mengiikuti syariah islam. Yang berani menentang kebijakannya pasti dia copot. Selama dia berkuasa, sudah 3 gubernur bank central yang dia pecat. Padahal masalahnya sederhana. Erdogan tidak paham makna uang fiat. Bahwa uang fiat itu bernilai karena kebijakan deman and supply. Ini soal market, bukan soal riba.
Kalau inflasi tinggi ya naikan suku bunga. Agar uang ke sedot ke negara dan inflasi turun. Gampang kan. Tetapi Erdogan seenaknya minta suku bungan harus tetap rendah. Dia tidak peduli dengan inflasi tinggi. Kalau ada swasta berhasil dapat pinjaman luar negteri. Itu hutang dijamin negara dan valasnya dikuasai negara, dan negara cetak uang lira. “ Dari mana dia biayai keseimbangan demand and suppy ? Ya dia perintahkan bank central cetak uang. Cetak aja uang. Terus bagikan ke rakyat lewat produksi. Kan lugu….” Kata seorang teman di Turki.
Mengapa pura pura tidak paham ? Turki itu sebagian besar barang tergantung dari impor. Dan beli barang impor engga bisa pakai lira tetapi valas. Emangnya negara lain sama begonya dengan rakyat Turki? Kan engga. Mereka tahu. Ketika fundamental Turki berderak. Mereka tunggu kebijakan Erdogan. Kalau Erdogan naikan suku bunga, itu mereka percaya bahwa Erdogan patuh dengan sistemq uang fiat. Kalau engga? ya kelaut aja.
” Emang orang percaya dengan lembaran kertas uang yang di create oleh Erdogan?. Emang siape elo? Dan ketika utang swasta dan negara jatuh tempo, lender engga mau uang lira, maunya dollar. Ya kebayangkan dampaknya terhadap kurs? Terjun bebas. Harga barangpun melambung.” Kata teman.
Erdorgan dengungkan retorika bahwa kejatuhan Lira karena kapitalisme dan ulah Amereka. Dia engga peduli kalau kejatuhan lira itu karena kebijakannya. Maklum tahun 2023 akan ada Pemilu. Dia masih ingin terus berkuasa. Memang cara terbaik membuat orang dungu, ya bungkus kesalahan dengan agama. Selesai urusannya.(Red)