Assalamu’allaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Madiun,Sinarpolitan.com-Musibah itu Datang Beruntun Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar._ (QS. Al-Baqarah : 155)
Sebagai manusia, tentunya kita tidak luput dari yang namanya cobaan. Setiap hari ada berbagai masalah yang harus kita hadapi dalam hidup, mulai dari masalah keluarga, masalah dengan teman, masalah di sekolah atau di tempat kerja, hingga masalah finansial. Terkadang masalah-masalah tersebut datang bertubi-tubi ke dalam hidup kita, dan membuat kita merasa lelah menghadapinya. Namun suka atau tidak suka, kita harus tetap menghadapi masalah tersebut.Minggu (8/8/2021)
Bila mengingat kembali di awal tahun 2021, bangsa kita Indonesia dilanda berbagai musibah bencana alam seperti gempa bumu di sulawesi barat, angin ribut, dan puting beliung, longsor, banjir bandang di kalimantan selatan, dan yang teranyar serta masih berlangsung ini adalah pandemi Covid 19 yang kini menyerang manusia dan telah banyak memakan korban jiwa manusia. Hal ini pasti memiliki banyak sebab, antara lain maraknya perbuatan dosa, durhaka, perusakan alam, pemimpin yang maksiat. Inilah serangkaian buah dari benih dosa dan maksiat yang pernah kita tanam dengan tangan kita sendiri. Kita boleh lupa pernah menanam “benih terlarang” itu. Hanya saja Allah tak pernah lupa apalagi tidur walau sekejap untuk mengawasi perbuatan kita.
وَما أَصابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِما كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا عَنْ كَثِيرٍ
_“Dan segala sesuatu yang menimpa kalian (berupa adzab dan bala’) adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian. Dan Allah banyak memaafkan kalian.”_ (QS. Asy-Syuura: 30)
Ada banyak ayat dalam Al-Qur’an yang menegaskan bahwa dosa dan maksiat, adalah biang kerok atas terjadinya musibah silih berganti yang menimpa peradaban manusia dari masa ke masa. Mengapa Allah memberikan musibah seperti ini kepada suatu kaum ?
Allah menimpakan musibah karena dosa yang sangat besar dan merebaknya perbuatan maksiat. Surat Yassin ayat 19 yang kita baca setiap hari, menyebutkan bahwa kemalangan-kemalangan terjadi, musibah-musibah terjadi, malapetaka terjadi, itu karena dosa keterlaluan kita kepada Allah,
قَالُوا۟ طَٰٓئِرُكُم مَّعَكُمْ ۚ أَئِن ذُكِّرْتُم ۚ بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُونَ
_Utusan-utusan itu berkata : “Kemalangan kamu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang) ? sebenarnya kamu adalah kaum yang melampui batas”._ (Qs. Yasin : 19)
Dalam Kitab Majmu’ karya ulama besar Al-Habib Abdullah bin Husein bin Thohir, beliau berkata : _”Ketahuilah bahwasanya penyebab utama yang mengganggu dan menyusahkan serta penyebab utama musibah yang menimpa adalah dikarenakan banyaknya perbuatan dosa, baik secara zahir maupun bathin”._
_Kami tidak akan menghancurkan suatu daerah, kecuali para penduduknya banyak yang berbuat dzolim. Anak durhaka kepada orangtua, istri yang berani kepada suaminya, munculnya perampokan dan pembunuhan di mana-mana, ini mengundang bala bencana,”_ karena sikap durhaka seperti ini tertulis dalam QS. Al-Qashash, ayat 58-59.
{وَكَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَرْيَةٍ بَطِرَتْ مَعِيشَتَهَا فَتِلْكَ مَسَاكِنُهُمْ لَمْ تُسْكَنْ مِنْ بَعْدِهِمْ إِلا قَلِيلا وَكُنَّا نَحْنُ الْوَارِثِينَ (58) وَمَا كَانَ رَبُّكَ مُهْلِكَ الْقُرَى حَتَّى يَبْعَثَ فِي أُمِّهَا رَسُولا يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِنَا وَمَا كُنَّا مُهْلِكِي الْقُرَى إِلا وَأَهْلُهَا ظَالِمُونَ (59) }
_Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang telah Kami binasakan, yang sudah bersenang-senang dalam kehidupannya; maka itulah tempat kediaman mereka yang tiada didiami (lagi) sesudah mereka, kecuali sebagian kecil. Dan Kami adalah pewarisnya. Dan tiadalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibu kota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman.”
_Tatkala kemaksiatan telah menjadi budaya, yakni kemaksiatan yang dilakukan secara terang-terangan tanpa ada teguran apalagi penolakan, maka ini merupakan tanda bahwa dosa sudah menjadi budaya hidup. Saat ini terjadi, maka tunggulah adzab Allah yang merata dalam beragam wujud dan bentuknya, yang akan menghancurkan sebuah peradaban tanpa pandang bulu.
Rasulullah SAW. bersabda : _“Tidaklah perbuatan keji merajalela pada suatu kaum, yang dipraktikkan secara terang-terangan di tengah-tengah mereka, melainkan pasti akan merebak wabah dan penyakit membinasakan yang belum pernah ada pada generasi sebelumnya. Dan tidaklah suatu kaum menahan (tidak membayar) zakat, melainkan mereka akan dihalangi dari tetesan air dari langit, kalau saja bukan karena binatang ternak, niscaya mereka tidak akan diberi hujan. Dan tidaklah suatu kaum (berbuat curang dalam jual beli dengan) mengurangi takaran dan timbangan, melainkan mereka akan ditimpa kekeringan yang berkepanjangan dan dahsyatnya beban hidup, serta kejahatan penguasa. Dan tidaklah pemimpin-pemimpin mereka berhukum dengan hukum selain hukum Allah, melainkan Allah menjadikan musuh menguasai mereka dan merampas sebagian yang dikuasai oleh tangan-tangan mereka. Dan tidaklah mereka menolak (tidak mengamalkan) Kitabullah dan sunah Rasul-Nya, melainkan Allah akan menjadikan pertikaian atau permusuhan antara sesama mereka.”_ (Shahiih at-Targhiib wat Tarhiib, no. 2187)
Dari hadits tersebut ini dapat kita simpulkan bahwa :
1.Jika perbuatan keji sudah merajalela di kalangan masyarakat pasti akan merebak wabah dan penyakit membinasakan yang belum pernah ada pada generasi sebelumnya.
2.Jika orang-orang kaya menahan harta dan menumpuk kekayaan tanpa peduli dengan nasib rakyat yang kelaparan dan membutuhkan bantuan, mereka akan dihalangi dari tetesan air dari langit, kalau saja bukan karena binatang ternak, niscaya mereka tidak akan diberi hujan.
3.Jika suatu daerah atau negeri di mana masyarakatnya berbuat curang dalam jual beli dengan mengurangi takaran dan timbangan, maka mereka akan ditimpa kekeringan yang berkepanjangan dan dahsyatnya beban hidup, serta kejahatan penguasa.
4.Jika pemimpin-pemimpin sebuah negeri berhukum dengan hukum yang tidak sesuai dengan Undang-undang yang berlaku, maka Allah akan menjadikan musuh menguasai mereka dan merampas sebagian yang dikuasai oleh tangan-tangan mereka
5.Jika masyarakat tidak mengamalkan Kitabullah dan sunah Rasul-Nya, maka Allah akan menjadikan pertikaian atau permusuhan antara sesama mereka.
Mari kita refleksikan ini dari mulai detak hati yang selalu hadir memberi isyarat reflex positif akan rasa prihatin kita terhadap berbagai bencana yang terjadi dinegeri ini. Penderitaan, keresahan atau kegalauan yang dapat kita lihat, yang kita dengar, dan yang kita saksikan atas orang tua, anak-anak, isteri atau suami, saudara kandung, sahabat, teman-teman yang dicintai, tetangga, bahkan masyarakat ini, secara umum telah memacu kita untuk bisa berbuat baik sekuat dan sebisa mungkin dalam memberikan pertolongan kepada sesamanya.
Di negeri kita sendiri sikap demikian lahir secara spontan yakni adanya gelombang penggalangan dana melalui beragam inovasi digital baik perorangan maupun kelompok tumbuh dengan sangat mengesankan. Kita tentu bersyukur untuk itu. Mari belajar pula dari perjuangan seorang Ibu yang mempertaruhkan jiwa dan raga demi anak yang dikandungnya, agar lahir dengan selamat dan sempurna, dididik dan dibesarkankan dengan penuh ketabahan, dibuai dalam ayunan cinta dan kasih sayangnya.
Semoga Allah segera menghilangkan musibah dan cobaan ini dengan banyaknya uluran tangan kita menengadah ke langit seraya memanjatkan doa kepada-Nya… Mari kita berdoa kepada Allah dari rumah kita masing-masing.
Semoga bermanfaat Aamiin.
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.