Berita Desa Profile & Iklan

Pembinaan Pola Bercocok Tanam Petani jagung di Madiun Tanpa Mengolah Tanah Terlebih Dahulu

Madiun,Sinarpolitan.com-Pembinaan Pola Bercocok Tanam
Petani jagung di Madiun terbiasa membudidayakan tanpa mengolah tanah terlebih dahulu. Akibatnya, pengakaran tanaman menjadi tidak sempurna. Tahap penggemburan dilewatkan, pembajakan pun sulit dilakukan. Padahal melalui cara-cara itulah tingkat kesuburan tanah yang berada pada 30 cm ke dalam, dapat tercapai.Minggu (31/1/2021)

“Jadi tanahnya dibalik agar oksigennya rotasi, sehingga subur saat kita taruh benih. Insya Allah terjadi sirkulasi oksigen,

Untuk meyakinkan para petani untuk membajak tanah dengan traktor besar, beroda empat. Sebab traktor tangan memakan banyak waktu dan menguras tenaga.

Dia juga mengubah pola tanam kebiasaan para petani. Mulai dari jarak tanam, jadwal, takaran pupuk, dan pemilihan bibit jagung.

Misalnya, menanam jagung kala kemarau mesti menggunakan bibit yang tahan terhadap kekeringan. Juga, apabila lahannya berbukit-bukit, maka jenisnya mesti disesuaikan.

Lain lagi ketika menjelang musim penghujan. Benih yang digunakan harus tahan genangan. Jenis yang tangguh sehingga tidak mati walau diguyur hujan dua hari berturut-turut.

“Petani disadarkan kalau menanam jangan menggunakan benih yang sama. Ini alam, maka bertani juga harus sesuai jenis lahan dan musim. Benih memang dibentuk pabrik dengan macam-macam peruntukan. Bukan untuk satu musim saja,

Soal pemupukan juga bermasalah. Para petani kerap menyebarnya tak merata. dan kita kemudian mengubahnya. Sewaktu penanaman dimulai, para petani disarankan membuat lubang di sebelah liang benih, lantas menaburnya dengan pupuk.

“Jadi sekalian saat badannya bungkuk menanam benih, petani juga memasukkan pupuk. Nanti pemupukan kedua dan ketiga baru ditebar atau dikucurkan pakai air. Saat pemupukan pertama, ibaratnya tanaman itu bayi, jadi harus ‘disuapi’ dulu,” jelasnya.

Untuk perawatan tanaman,penyemprotan pestisida untuk pengendalian gulma. Siasat memanen turut diganti. Petani dianjurkan menuai, seminggu sebelum hari panen sesuai kalender tiba.

“Misalnya umur jagung siap panen itu 90 hari, kami sarankan agar seminggu sebelum 90 hari itu tiba agar jagung tidak terlalu basah, sehingga ketika dipipil hasilnya bagus, tidak lapuk. Grade jagung pun bakal berbeda jika dipanen seminggu sebelum tepat 90 hari,

Mekanisasi diterapkan pada proses panen, untuk menghemat waktu. Satu hektare lahan yang semula membutuhkan 15 buruh, dengan pengerjaan 8–9 jam sehari, bisa terpangkas banyak. Kini, dua buruh bisa menyelesaikannya dalam tempo tiga jam.

Kehadiran mesin pemanen itu sekaligus meredam perkara ketersediaan buruh tani di Lombok Timur. Tiap tahun jumlahnya menurun. Dengan jadwal tanam jagung yang hampir selalu bersamaan, maka kebutuhan tenaganya pun naik. Ini mengakibatkan perebutan yang berdampak pada penetapan harga jasanya yang cenderung asal-asalan.

Kerjasama Pelayanan jasa penyewaan alat-alat pertanian. Mulai dari traktor pembajak hingga mesin panen. Tahun depan, dia berencana meluncurkan drone penyemprotan.

Namun, usai Jagung dipanen, bukan berarti kendala tuntas. Mesin pengering bantuan pemerintah, ternyata tak memadai. Kapasitasnya terlalu kecil, hanya cukup 6-10 ton.

“Misalnya satu gapoktan beranggotakan 20 orang, dan satu petani mengelola lahan jagung 1 hektare. Bantuan dryer kapasitas 6 ton. Kalau 1 hektare lahan menghasilkan 5 ton, lalu 19 hektare lahan anggota lainnya pakai apa? Antre? Kapasitasnya cuma cukup untuk hasil panen 1 Ha

Mengantre giliran memakai dryer bisa saja dilakukan. Namun bakal memakan waktu berhari-hari. Bagaimana tidak? Para petani itu menanam jagung secara bersamaan. Panen pun serempak. Dampaknya, jagung yang tak mendapat giliran pengeringan, tercecer dalam keadaan basah. Tak terdata pula. Untuk dijual eceran pun tak bisa. Sebab pabrikan di hilir hanya menginginkan jagung pipilan kering dalam jumlah besar.

“Persoalan hulu ada di pola tanam serempak. Tagline Panen Raya ini menyesatkan, karena sarana pascapanennya tidak memadai. Kalau memberikan bantuan kecil-kecil, maka penanam ya harus disesuaikan, diatur agar pas dengan hilir. Sekarang kan tidak begitu. Pemerintah memang membantu, kami berterima kasih. Tapi bantuannya kurang tepat, ini seperti sakit jantung dan dikasih obat maag,” ujar Dean.

Penjadwalan. Cakupannya menyentuh tiap tahapan, dari hulu hingga ke hilir.

Tekad Menyejahterakan Petani
Kegiatan rintisan kita bukan hal yang ringan dilalui. Kesulitan datang silih berganti. Apalagi, semua dilakukan swadaya, bersama tim serta para petani kecil. Dean bangga menyebut orang-orang tersebut sebagai ‘petani non-subsidi’ alias PNS.
kegiatan bertani yang ditunjang teknologi data mutakhir bakal melahirkan dampak turunan yang menyejahterakan petani. Kehadiran aplikasi tersebut bisa menjadi pelecut semangat kelompok petani untuk berkreasi dan berkembang lebih jauh. Apalagi, langkah digitalisasi ini baru separuh dari perjalanan menuju mimpinya.

Sementara ini, baru beberapa fitur yang disediakan dalam aplikasi. Antara lain, data petani, kelompok petani, NIK petani, luas lahan berkoordinat, jadwal dan material budidaya. Penggunaannya juga masih terbatas untuk petani Jagung di madiun

Tahun depan, khusus komoditas jagung, dengan bantuan kode respons cepat atau QR Code. Langkah ini akan membangun kepercayaan pembeli, karena setiap tahap produksi dapat ditelusuri secara transparan. Termasuk, menemukan dan memperbaiki jika ada kesalahan rantai pasok komoditas jagung milik petani. Melaluinya, kerumitan kegiatan dari hulu hingga pabrik juga bisa disederhanakan.

Di masa mendatang, tidak komoditas jagung di daerah tertentu saja yang digarap. Sektor hortikultura lain akan disentuh. Seperti bawang putih, bawang merah, Terong,Kacang Panjang,Tomat serta cabe.
dalam perkembangan lanjutannya akan ditujukan untuk seluruh petani di Indonesia. Kebutuhan masyarakat petani setiap daerah dapat mudah terpantau. Data real-time yang terpampang dalam aplikasi bisa menunjukkan kondisi sosial, kebiasaan hingga fenomena psikologis masyarakat tani tertentu.

Dengan begitu, aplikasi tersebut juga bisa membantu pemerintah menyiasati regulasi yang tepat. Sekaligus menyesuaikan kebutuhan setiap daerah. Jadi, mekanisasi pertanian tidak perlu seragam diberlakukan.

“Makanya di madiun perlu di sediakan ada yang konvensional dan mekanisasi. Tujuannya untuk peringatan dini bagi pengguna jika mau melihat basis pertaniannya,

Dalam jangka panjang juga,komoditas pertanian asli dalam negeri bisa diperdagangkan sampai skala bursa komoditas. Namun, perlu data aktual dan terorganisasi untuk mencapainya.

“Jadi nanti kalau mau beli jagung tidak perlu order lewat telepon atau datang langsung lagi secara fisik. Mungkin bentuknya sudah lelang dalam jangka panjang nantinya,

Menanti Pembenahan Pemerintah
Dampak nyata telah dirasakan para petani binaan dari transformasi yang dilakukan Semua dijalankan tanpa intervensi pemerintah. Tiada pula kucuran APBD, apalagi APBN.

“Ada dua transformasi yang mencolok di produksi jagung pada 2009–2010. Hasil panen yang semula 7 ton per 5 Hektare, menjadi 7 ton/Hektare dalam tiga musim tanam. Transformasi kedua pada 2016, hasil panen tembus 12–14 ton/Hektare,

Peningkatan hasil tersebut membuat para petani binaannya tercengang. Setelah sekian tahun bercocok tanam mereka tak pernah panen dengan kuantitas sebanyak itu. Sayang, pada 2017, keberhasilan itu kembali merosot karena pemakaian benih bantuan gratis dari pemerintah. Mutunya mengecewakan.berkampanye untuk tak lagi memakainya.

“Petani binaan kami sudah berani menolak benih bantuan. Mereka kapok setahun terakhir, selama 2,5 tahun itu produktivitasnya rendah sekali. Kuantitasnya hanya 5 ton/hektare. Program pemerintah itu dibuat dengan niat baik, tapi ternyata tidak bermanfaat sama sekali,” tukasnya.

Kami akan terus menunggu jawaban pemangku kebijakan berbentuk pembenahan secara taktis. Apalagi Indonesia dianugerahi kekayaan alam yang sangat cocok untuk bertani. Tahapan, proses, dan material pertanian perlu dikurasi dan dipersiapkan sebaik mungkin.

“Tapi begitu dikelola manajemen proyek, akhirnya malah tidak berhasil. Kita sangat menyayangkan itu,” tegasnya.

mereka memiliki rencana cadangan yang jelas untuk perumusan keputusan di masa mendatang. Pemerintah pusat pun telah merespons capaian itu secara verbal. Kendati belum resmi, mereka bersedia melihat langsung keadaan lapangan.

Seluruh data peta lahan, stok pangan, dan lainnya dalam waktu terkini dapat diakses presiden maupun menteri-menteri dalam rapat kabinet. Penggunaan data dan angka yang tidak cermat bisa ditekan. Jadi kebijakan mampu dirumuskan tepat sasaran. Peluang kelompok spekulan untuk mengambil celah dalam kebijakan sektor pangan pun dapat ditutup.

“Sekarang kan kelompok ini bisa menekan pemerintah lantaran ketiadaan data pertanian yang real-time,

Ke depan, tata niaga barang-barang pertanian bisa terurai runut, dari pasca panen sampai ke tangan pembeli. Pergerakan komoditas dari sentra-sentra panen ke berbagai tujuan pengiriman, juga jelas terpantau.

Produktivitas tumbuh mengesankan. Bahkan, menjadi yang tertinggi dibanding rata-rata petani sejenis di sekitar kawasannya.

Penggunaan teknologi digital mampu memicu kreativitas petani. Ilmu yang sudah didapatkan lantas dikembangkan. Mereka berimprovisasi dengan aneka praktik tanam. Akibatnya, hasil panen dalam satu hektare lahan pun jadi lebih variatif.

Persaingan antar petani binaan juga berlangsung sehat. Setiap musim tanam, mereka menggelar kontes bibit unggul. Masing-masing akan memilih benih terbaik, seraya menilainya untuk sama-sama digunakan pada musim tanam berikutnya. Pemenangnya bakal mendapat dua paket umrah ke Tanah Suci. Dananya disiapkan secara urunan oleh seluruh peserta kontes.

“Kita patungan karena dananya belum banyak. Tapi, setidaknya upaya ini telah menumbuhkan motivasi kecil-kecilan dan persaingan positif antar petani di sini,(Adv)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *